Tahlilan merupakan acara ritual memperingati hari kematian seseorang yang telah menjadi tradisi, tidak jarang, keluarga yang hidupnya ‘pas-pasan’ pun memaksakan diri untuk menyelenggarakan ritual tahlilan jika ada anggota keluarganya yang meninggal dunia.

Di sisi lain, sebagian masyarakat kita ada yang tidak bisa melakukan ritual tahlilan setelah kematian. Sebetulnya ini adalah perkara biasa saja. Namun, persoalan tahlilan atau tidak tahlilan sebagaimana persoalan qunut atau tidak qunut dalam shalat shubuh, yang tidak jarang memicu konflik sosial ditengah-tengah masyarakat.

Karena itu, risalah ini dibuat, disamping untuk mendudukan secara proporsional masalah tahlilan dalam tinjauan fiqih Islam, khususnya dalam kacamata Ahlusunnah wal Jama’ah (ASWAJA), khususnya lagi madzhab Syafi’i, juga dilatarbelakangi oleh motif ingin membangun kembali kesepahaman antara yang suka tahlilan dengan yang tidak suka tahlilan; tidak lain demi menjaga ukhuwah Islamiyah.